Minggu, 15 Maret 2009

Prosa


Lintang Ismaya

PROFESI

I.

Di negeriku

Jadi badut dan pesulap

Adalah pilihan profesi yang paling utama

Jika bisa sulap tentu bisa pula jadi badut

Di depan jutaan penggemarnya;

Sang badut berkata: “Tuan-Puan yang budiman

Sejarah mencatat bandung lautan api

Apakah Tuan-Puan menyaksikannya?

Tentu tidak bukan!”

Para penggemar jadi bertanya-tanya,

Apakah benar ada sejarah itu? Keadaan jadi gaduh

Sang badut dengan kepintarannya

Mengalihkan topik pembicaraan:

“Kini di depan Tuan-Puan sekalian,

Aku catat sejarah baru dalam lembaran

Guinnes book of world records, kisah pembakaran hutan”

O, apa yang terjadi? Yang terang dan jelas

Segala satwa lari sudah

Ke dalam buku catatan biologi

Atau ke dalam buku cerita kanak-kanak

Yang dibaca sambil tiduran

Sungguh, seketika hutan

Jadi padang arang. Sang badut tertawa ngakak

Mecorat-coret sejarah baru

Dengan darah rakyat, lebih merah

Dari warna matahari segaris permukaan laut.

“Hisaplah asapnya wahai Tuan-Puan

Biar hidup penuh gairah,” Katanya. Lalu

Yang dibakarnya bukan hanya hutan saja

Gedung-gedung, rumah-rumah kumuh,

Mobil, motor, dan pasar dalam sebuah kerusuhan

Demi tegaknya demokrasi? Adakah dusta?

Hari melipat hari, sang badut beraksi lagi:

Menyulap perempuan-perempuan keturunan

Jadi semacam kisah bunda maria,

Mereka hamil tanpa suami.

Namun, bukanlah badut dan pesulap,

Namanya; jika trik dan intrik

Serta sensasinya berhenti sampai di situ

Di hari yang lain, --sang badut mensimulasi

Juga merekunstruksi kejadian-kejadian

Di zaman bar-bar, fandalis, purba

Dan zaman urdu lainnya;

Ada bendera di bakar,

Jerit petani sampang, tangis anak jalanan, tanjung priouk

Mangkuk merah, trisakti, ambon berdarah dan bom

Yang meledak di mana-mana. Fantastis. Seluruh mata dunia

Melihat negeriku, negeri-negeri tetangga

Merasa bangga atas kelihaian dan kecerdasan

Sang badut, --demi kecerdasan dan kelancaran

Aksi sang badut tidak punah, negeri adi daya

Mengucurkan dana IMF,

Sampai akkhirnya, --Tuan dan Puan di negeriku

Saking terlalu asyik menyaksikan hiburan dari

Sang badut dan pesulap, mungkin juga ketagihan

Akhirnya mereka lupa pada

Kesehatan jasmani dan rohani; --seluruh rakyat negeriku

Diserang wabah demam, namun bukan demam

Tapi semacam demam, --bayi-bayi lahir

Harus menanggung beban hutang di pundaknya.

Pagi harinya negeriku hening

Lebih hening dari surau di ujung desa. Harga-harga

Melambung tinggi. Rakyat kelimpungan

Digenggam demam, ditekuk tangis dan sesal

Akan negeri yang runtuh ke dasar jurang peradaban

Bendera berdiri tegak setengah tiang!

II.

Detik, mengunyah jam

Membuka lembaran sejarah baru

Untuk diisi tulisan, atas kisah sang badut

Berikutnya; di era reformasi, jumlah sang badut dan pesulap

Kian bertambah populasinya, --kitab-kitab kuno

Ramalan-ramalan buhun, dipelajari sang badut, penuh khidmat

Bukan hanya kitab dan ramalan-ramalan buhun saja

Yang dipelajari sang badut, pun mereka beramai-ramai

Membentuk sekte, mendirikan partai-partai baru

Lagi-lagi dengan alasan klise; demi tegaknya

Demokrasi? Adakah dusta?

Sebelum melahirkan sulapan barunya;

Kemunculan kelompok-kelompok badut yang berkolaborasi

Memberi hiburan yang cukup menentramkan rakyat

Badut-badut yang korup ditangkap

Diadili, dieksekusi oleh para badut sendiri

Juga angin segar untuk kenyamanan Tuan dan Puan

Dari negeri tetangga. Penghasilan Sang badut, sebagai

Businessman sukses, mendorong nalurinya untuk

Membuka pasar bebas di negeriku, demi mengisi zaman

Kemerdekaan. Demi lancarnya pembangunan di seluruh sektor

Atas dalih, --pasar bebas bisa meningkatkan

Pendapatan devisa asing, untuk keuntungan negeriku

Demi tegaknya demokrasi, demi kolaborasi cantik

Saling hormat-menghormati antar negeri

Pasar bebas pun resmi bergulir. O, apa yang terjadi?

Yang terang dan jelas, produk dalam negeri

Kehilangan pasarnya di negeri sendiri!

Kedatangan hari yang didorong oleh

Detik jam, tak bisa ditolak oleh tanah negeriku

Sang badut pun, sehabis memamah kitab-kitab kuno,

Ramalan-ramalan buhun dengan hatam diajinya.

Sang badut pun, --kembali beraksi dengan kepintaran

Dan kecerdasan permainan barunya

Mula-mula, --disulapnya kilang minyak dan gas,

Menjadi banjir lumpur. Rumah-rumah penduduk,

Ladang-ladang, sawah-sawah pabrik-pabrik

Dan keasrian tata kota mewujud Lautan

Lumpur. “Inilah, kenyataan itu, inilah ramalan

Leluhur kita itu, tanpa ada aku, --maka ramalan mereka

Bulshit semua, alias tidak akan nyata

Atau mewujud, --atas terjadinya ramalan pulau terbagi tiga.

Oup, ada yang lupa, Tuan dan Puan yang budiman

Tunggu episode berikutnya, sebab permainan sulap ini

Baru dimulai” Ucap sang badut, disela-sela epilognya

Sehabis mempertontonkan kebolehan barunya.

Aksi sang badut dengan senyum dan khas tertawa ngakaknya

Lagi-lagi, mencorat-coret sejarah baru dengan darah rakyat,

Lebih merah dari warna biji saga.

III.

Disebabkan populasi sang badut dan pesulap sudah terlalu

Banyak, menyebar ke pelosok-pelosok desa

Persaingan pun mulai berlaku diantara

Sang badut dan pesulap. Demi tegaknya demokrasi,

Demi tegaknya hak azasi Sang badut dan pesulap

Dari semua sekte

Mengadakan sayembara: “Mau tak mau, negeri ini perlu

The master badut dan pesulap, --maka kepada semua

Tuan dan Puan di negeri kita tercinta ini, supaya kestabilan

Dan keamanan kami ketika sedang beraksi tidak ada demo

Harus diadakanlah pemilihan, sesuai faknya masing-masing

Agar tidak terjadinya persaingan job, --mari, kita adakan

Pemilihan umum, --untuk wakil-wakil badut dan pesulap

Demi stabilnya tatanan negeri ini, tidak terhambat

Pembangunannya serta hidup dan kehidupan generasi

Bangsanya. Hidup demokrasi. Hidup hak asasi. Merdeka!”

“Ouw,…Yap. Hampir saja lupa; ini ada kaos, segenggam beras

Dan lauk pauknya, untuk dibawa pulang ke rumah Tuan dan Puan

Sebagai rasa cintaku pada semua penggemarku. Atas kasihNya

Kita bisa setia dan sejalan; satu tujuan. Ini bukanlah sosialisai

Terlebih mencuri start kampanye, hanya sekedar hadiah dariku

Selama ini, atas kepuasan Tuan dan Puan yang kerap menyaksikan

Aksi hiburan-hiburan kami di atas panggung hidup dan kehidupan

Negeri kita tercinta ini.” Teriak sang badut di tengah-tengah kampanyenya

Dengan penuh trik dan intrik, --memikat hati para pemilih

Tuan dan Puan serta seluruh rakyat di negeriku

Kembali kelimpungan, --kembali mabuk warna-warni

Partai para sekte badut. Dari satu partai badut, ada

Yang mencapai 13 orang bahkan lebih, untuk untusan

Daerah. Apalagi untuk duduk di senayan. Bukanlah badut

Dan pesulap, jika janji-janjinya tidak menggiurkan hati, pikir

Dan rasa Tuan dan Puan serta seluruh rakyat di negeriku.

Demi memperebutkan selembar sejarah baru yang akan dituliskan

Tangan The Master serta para kaki tangannya sang badut dan pesulap

Yang terpilih; konon, katanya dananya, melebihi pesta demokrasi

Di negeri adi daya. Fantastis. Betapa mahalnya

Untuk sebuah kata setia, yang kerap diombang-ambing

Bukan hanya dalam tingkatan janji-janji para pecinta namun

Dalam hal pemilihan the master sang badut dan pesulap pun,

Kata setia, menjadi senjata ampuh, untuk memikat hati

Para Tuan dan Puan serta seluruh rakyat di negeriku.

Dengan dalih; demi tegaknya demokrasi? Adakah dusta?

Kini, kata setia di negeriku, menjadi misterinya sendiri, seperti

Hidup dan matinya sang ulat di dalam kepongpong!

1996-2009

______________

Lintang Ismaya salah satu dari sembilan nama pena yang dimiliki Doni Muhamad Nur., Alumni STSI Bandung. Menulis puisi, Cerpen, Novel, Esai, Artikel Kebudayaan, Reportase, Naskah Drama, Naskah Sinetron dan Film. Sempat jadi Tim Penulis Script Sinetron, Videoclip, Iklan dan Company Profile di PT. Mega Cinema Production M-Pro dari tahun 2000-2004 dan tahun 2006-2007, Wartawan dan Redaktur Khusus di majalah Seni & Budaya “Suara Cangkurileung Bandung” dari tahun 2002-2004. Dari tahun 2003-2006 magang di PUSDOKSEN STSI Bandung “Pusat Pendokumentasian Seni STSI Bandung”, sebagai Kameramen. Sedang dari tahun 2004-2006 menjadi Guru Pembina Ekstra Kulikuler Teater Jasad di SMA Pasundan 1 Tasikmalaya dibawah binaan Teater Dongkrak Tasikmalaya. Tahun 2007, bekerja di taZtv “PT. Global Siar Mandiri” sebagai Script & Director. Tahun 2008, namanya tercatat, sebagai tim Pembina Kesenian DISBUDPAR JABAR gawe bareng dengan PUSLITMAS STSI Bandung. Kini, semuaaktifitasnya di dunia broadcash, sedang pakeum.

_______

Dok. Foto: Miral




Lebih Lanjut..